KOMPAS.com - Di tengah ketidakpastian global dan dinamika politik, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat positif dan membawa harapan baik.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal II-2025.
Angka itu melampaui ekspektasi sejumlah kalangan ekonom yang memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,7 hingga 4,8 persen.
Sebagai pembanding, pertumbuhan itu sejalan dengan capaian negara tetangga yang juga tumbuh positif, seperti Vietnam 8,0 persen, China 5,2 persen, dan Singapura 4,3 persen.
Selain konsumsi rumah tangga yang terjaga di kisaran 5 persen, pilar utama pertumbuhan itu adalah investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tumbuh sekitar 7 persen.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Mohamad Edy Mahmud menyampaikan, peningkatan PMTB didorong oleh investasi pemerintah dan swasta.
Pada kuartal II-2025, PMTB atau investasi tumbuh 6,99 persen yoy. Angka ini lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya sebesar 2,12 persen yoy, dengan kontribusi 27,83 persen.
Sebagai perbandingan, pada kuartal II-2022 pertumbuhan PMTB tercatat 3,09 persen yoy. Angka ini naik menjadi 4,05 persen pada kuartal II-2023, berlanjut ke 4,42 persen pada kuartal II-2024, dan melonjak signifikan ke 6,99 persen yoy pada kuartal II-2025.
“PMTB ini tertinggi sejak kuartal II-2021 sebesar 7,50 persen yoy,” ungkap Edy, melansir kontan.co.id, Selasa (5/8/2025).
Hilirisasi mineral, katalis utama investasi Sektor hilirisasi selama ini menjadi daya tarik pemerintah untuk menarik modal besar dari investor berjangka panjang, sekaligus memperbesar angka PMTB.
Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani mengumumkan, total investasi di Indonesia terus menunjukkan tren positif.
Sepanjang paruh pertama 2025, total investasi sudah menyentuh angka Rp 942,9 triliun. Jumlah ini naik 13,6 persen dari periode yang sama pada 2024, sekaligus memenuhi hampir separuh dari target investasi pada 2025 yang sebesar Rp 1.905,6 triliun.
“Angka ini mencerminkan realisasi yang konkret, yang dampaknya tidak hanya terasa di sektor perekonomian, tetapi juga di berbagai aspek lainnya,” ungkap Rosan, melansir bkpm.go.id, Selasa (29/7/2025).
Salah satu kunci utama di balik pertumbuhan ini adalah kebijakan hilirisasi, termasuk di sektor mineral yang menjadi kontributor terbesar.
Data Kementerian Investasi dan Hilirisasi menunjukkan, realisasi investasi hilirisasi semester I-2025 sebesar Rp 280,8 triliun, dengan sektor mineral menyumbang Rp 193,8 triliun.
Rinciannya, nikel masih menjadi tulang punggung dengan investasi mencapai Rp 94,1 triliun. Disusul tembaga Rp 40 triliun, bauksit Rp 27,7 triliun, besi baja Rp 21,5 triliun, dan timah Rp 3,5 triliun.
"Kami juga melihatnya ini akan lebih meningkat lagi ke depannya," ujar Rosan, mengutip kontan.co.id, Selasa (29/7/2025).
Rosan menambahkan, hilirisasi nikel masih menjadi prioritas karena digunakan untuk mendorong peningkatan ekosistem kendaraan listrik (EV).
Untuk diketahui, pemerintah berencana membangun ekosistem nikel dari tambang hingga sel baterai dengan nilai proyek sekitar Rp 150 triliun yang akan ditujukan bagi industri EV. Oleh karena itu, investasi di sektor nikel diyakini akan terus mengalir.
Selain nikel, pemerintah juga berupaya meningkatkan hilirisasi bauksit, yakni mengubah alumina menjadi aluminium untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri serta mengurangi ketergantungan impor.
Di sisi lain, realisasi investasi tidak hanya terpusat di Jawa, tetapi juga menyebar ke daerah-daerah penghasil komoditas.
Dua provinsi yang menjadi penggerak utama dalam proyek hilirisasi mineral, khususnya dalam pengolahan nikel adalah Sulawesi Tengah sebesar Rp 55,4 triliun untuk dan Maluku Utara sebesar Rp 33,9 triliun.
Jalan menarik investor Realisasi investasi yang melonjak, terutama di sektor hilirisasi, bukan hanya sekadar angka. Pasalnya, investasi berdampak langsung pada penciptaan lapangan kerja.
Pada triwulan II-2025, jumlah tenaga kerja langsung yang terserap mencapai 665.764 orang. Rosan menegaskan, pemerintah terus berupaya menarik investasi dari berbagai belahan dunia untuk menjaga tren positif tersebut.
Sementara itu, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, investasi merupakan salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi saat ini.
"Hampir 30 persen dari pertumbuhan ekonomi Indonesia disumbang oleh investasi. Oleh sebab itu, hal ini menegaskan peran sentral investasi dalam menggerakkan roda perekonomian," ujarnya, mengutip bps.go.id, Jumat (25/4/2025).
Catatan BPS menunjukkan, lonjakan investasi PMTB, terutama di sektor mineral dan infrastruktur, mencerminkan kepercayaan investor dalam visi hilirisasi yang terarah.
Dalam hal ini, hilirisasi menjadi motor utama karena mampu menciptakan nilai tambah, membuka lapangan kerja, sekaligus menarik investor jangka panjang.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi 5,12 persen menunjukkan kebijakan hilirisasi yang konkret berdampak langsung pada kepercayaan dan realisasi modal besar.