Bisnis.com, JAKARTA - Meksiko akan menaikkan tarif impor hingga 50% untuk mobil dan suku cadang, serta baja dan tekstil dari China dan negara lain yang tidak memiliki perjanjian dagang dengannya. Sejumlah negara lain, termasuk Indonesia, akan terdampak oleh kebijakan ini.
Melansir Reuters pada Kamis (11/9/2025), Pemerintah Meksiko menyebut langkah ini bertujuan melindungi lapangan kerja. Kementerian Ekonomi Meksiko menyatakan tarif baru akan berlaku di berbagai sektor, termasuk tekstil, baja, hingga otomotif, dengan total nilai impor terdampak mencapai US$52 miliar. Adapun, saat ini tarif impor mobil asal China berada pada level 20%.
“Mereka sudah memiliki tarif. Yang kami lakukan adalah menaikkannya ke level maksimum yang diizinkan,” kata Menteri Ekonomi Marcelo Ebrard, Rabu (10/9/2025).
Ebrard menegaskan langkah itu masih sesuai batas aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Menurutnya, tanpa tingkat proteksi tertentu, industri domestik sulit bersaing, apalagi mobil China masuk pasar lokal dengan harga di bawah harga acuan.
Rencana tersebut masih menunggu persetujuan Kongres, meski pemerintah memegang mayoritas kursi. Kebijakan tarif tersebut akan menyasar negara-negara yang tidak memiliki perjanjian dagang dengan Meksiko, terutama China, Korea Selatan, India, Indonesia, Rusia, Thailand, dan Turki.
Secara total, kebijakan ini akan memengaruhi 8,6% dari seluruh impor dan diharapkan melindungi 325.000 lapangan kerja di sektor industri dan manufaktur. Selain mobil, bea masuk baru juga mencakup tarif 35% untuk baja, mainan, dan sepeda motor, serta tarif 10%–50% untuk produk tekstil.
Langkah tersebut muncul seiring desakan Amerika Serikat agar negara-negara Amerika Latin mengurangi ketergantungan ekonomi terhadap China. Washington menilai Beijing semakin agresif memperluas pengaruhnya di kawasan.
“AS tidak akan membiarkan China menggunakan Meksiko sebagai pintu belakang,” ujar Mariana Campero dari CSIS Americas Program.
Dia mencatat, defisit perdagangan Meksiko dengan China telah berlipat ganda dalam 10 tahun terakhir, mencapai US$120 miliar pada 2024.
Pada awal tahun ini Ebrard sempat menentang kebijakan tarif karena dinilai berseberangan dengan upaya menjaga pertumbuhan ekonomi dan menekan inflasi.
Menanggapi Tekanan AS
Analis Banco BASE Gabriela Siller menilai kenaikan tarif justru berpotensi mendorong lonjakan permintaan mobil China dalam jangka sangat pendek.
“Tarif bagi negara yang tidak punya perjanjian dagang dengan Meksiko punya dua tujuan. Pertama, meningkatkan penerimaan negara. Kedua, agar terlihat baik di mata Trump,” ujarnya.
John Price, Managing Director Americas Market Intelligence, menyebut Meksiko tengah merespons tekanan AS sekaligus berusaha menjaga perekonomiannya.
“Pemerintah Meksiko mencoba menenangkan AS, tetapi tetap melindungi kebijakan industrinya yang selama 30 tahun terakhir terbukti berhasil,” katanya.
Sebelumnya, pemerintah Meksiko mengumumkan rencana menambah penerimaan bea masuk hingga US$3,76 miliar tahun depan.
Sebagai mitra dagang utama, AS dan Meksiko bersama Kanada berada dalam satu perjanjian perdagangan bebas. Perjanjian tersebut akan ditinjau ulang pada 2026 dan sejauh ini telah melindungi Meksiko dari sebagian besar tarif yang diberlakukan pemerintahan Presiden AS Donald Trump.